A. Pertumbuhan
dan perkembangan Pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW
Pada masa pembinaannya
yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad SAW, pendidikan Islam berarti memasukkan
ajaran Islam ke dalam unsur-unsur budaya bangsa Arab pada masa itu, sehingga
diwarnai oleh islam. Dalam pembinaan tersebut, ada beberapa kemungkinan yang
terjadi, yaitu :
1.
Adakalanya islam
mendatangkan sesuatu unsur yang sifatnya memperkaya dan melengkapi unsure
budaya yang telah ada. Seperti Al-quran. Didatangkan Al-quran oleh Nabi
Muhammad SAW untuk dihafalkan dan dipelajari oleh umatnya pada masa itu adalah
bersifat memperkaya unsure budaya sastra Arab, yang masa itu diakui mempunyai tingkatan yang tinggi.
2.
Adakalanya islam
mendatangkan sesuatu ajaran yang sifatnya meluruskan kembali nilai-nilai yang
ada dalam kenyataan praktisnya sudah menyimpang dari ajaran aslinya, contoh
dalam hal ini adalah ajaran Tauhid.
3.
Adakalanya islam
mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentangan sama sekali dengan budaya yang
ada sebelumnya. Dalam demikian, Nabi Muhammad SAW sangat berhati-hati dalam
mengubahnya agar tidak sampai terjadi gejolak dalam Masyarakat.
4.
Budaya yang
telah ada dan tidak bertentangan dengan ajaran islam pada umumnya dibiarkan
tetap berlaku dan berkembang dengan mendapatkan pengarahan-pengarahan
seperlunya.
5.
Islam
mendatangkan ajaran baru yang belum ada sebelumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan meningkatkan perkembangan budayanya.
Dengan demikian pendidikan islam,
pada masa pertumbuhan dan perkembangannya, juga pada masa-masa berikutnya
mempunyai dua sasaran, yaitu generasi muda (sebagai generasi penerus) dan
masyarakat bangsa lain yang belum menerima ajaran islam, untuk sasaran kedua,
yaitu penyampaian ajaran islam dan usaha internalisasinya dalam masyarakat
bangsa yang baru menerimanya yang didalam islam lazimd isebut sebagai dakwah
islami. Sedangkan dalam arti yang pertama, yaitu pewarisan ajaran islam kepada
generasi penerus disebut sebagai pendidikan islam.[1]
Tujuan dari
pendidikan (dakwah) islam keluar tidak lain adalah untuk menyampaikan ajaran
islam kepada masyarakat bangsa/ suku bangsa agar mereka menerimanya menjadi
system hidup. Untuk itu Nabi Muhammad SAW telah mengirimkan utusan-utusan
khusus yang sebenarnya adalah pendidik bagi Umat Mu’az bin jabal, misalnya di
utusnya sebagai pendidik ke Yaman. Tetapi penguasa diluar Jazirah Arab
memberikan reaksi yang keras, ada yang bahkan sampai membubuh utusan Nabi
Muhammad SAW dan ada pula yang malah bersiap-siap untuk menyerang madinah.
Untuk menghadapi serangan dari luar tersebut dan
sekaligus untuk memberikan pelajaran kepada mereka yang memperlakukan jahat
terhadap utusan Nabi Muhammad SAW. Beliau mengirimkan pasukan yang terdiri dari
sejumlah kaum muslimin. Peristiwa ini terkenal dalam sejarah Islam dengan
perang Mu’tah dibawah pimpinan mula-mula Zaid bin Harisah, kemudian oleh Ja’far
bin Abi Thalib, lalu oleh Abdullah bin Rawahah, dan akhirnya oleh Khalid bin
Walid. Peristiwa tersebut terjadi didaerah Syam. Usaha itu dilanjutkan sampai
berhasil oleh Khalifah Abu Bakar, dan oleh Khalifah-khalifah berikutnya
diteruskan kewilayah-wilayah lainya yang lebih luas.
Pemikiran pendidikan pada masa ini terdapat dalam
ayat-ayat Al Qur’an dan sunnah rasul yang mengajak manusia kedalam ajaran islam
secara utuh dan terpadu meliputi aspek akidah,syari’ah dan ahlak.pembentukan
aqidah,syari’ah Dan ahalak itu disajikan oleh rasulullah sebagai maha guru
pendidik yang agung secara berangsur-angsurnya al quran diturunkan kepada
beliau.pendidikan inipun disajikan dalam dua masa periode yaitu masa periode
sebelum hijra yang berpusat di mekkah dan periode sesudah hijrah berpusat di
madinah.[2]
Pada periode makkah rasulullah mengutamakan pendidikan
aqidah dan ahlak dan sedikit mengenai syari’ah.Tetapi pada masa periode madinah
selain pemantapan akidah dan ahlak maka pembinaan syari’ah benar-benar
diintensipkan hingga pada suatu masa yaitu di sempurnakannya didikan islam
dengan turunnya wahyu terakhir kepada beliau.
Konsep akidah,syari’ah dan ahlak sebagai dasar utama
pendidikan pada masa rasul melahirkan nilai-nilai pendidikan yang menghasilkan
sikappribadi manusia muslim yang bertanggung jawab kepada allah,bertanggung
jawab terhadap masyarakat dan pradabannya,bertanggung jawab kepada negaranya
serta bertanggung jawab terhadap lingkungan dan ekologinya.
Pendidikan islam pada masa Rasulullah SAW dapat
dibedakan menjadi 2 periode yaitu :
a.
Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada
tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya
Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia
menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang
mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya[3]
Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang
artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah
peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan
dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah[4]
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah,
supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk
member peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas
suci, tugas mendidik dan mengajarkan islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti
oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi,
mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan
sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam
bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya.
di tempat itulah pendiikan islam pertama dalam sejarah pendidikan
islam.disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam
kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an
kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak
memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama
islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya[5]
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama
islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi
melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan
yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam
dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga
mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok
ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya[6]
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah
ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya
mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan
ilmiyah.
1.
Pendidikan tauhid, dalam teori dan praktek
Tugas
Muhammad yaitu memancarkan kembali sinar tauhid dalam kehidupan bangsa arab. Muhammad memperoleh kesadaran dan
penghayatan yang mantap dalam surat Al-fatihah. Pokok-pokonya Allah adalah pencipta
alam semesta yang sebenarnya dan yang patut disembah.
Pelaksananya
ternyata bertentangan dengan praktek kehidupan umatnya sehingga wajarlah
banyak penentang, pelaksanaan pendidikan dilaksanakan dengan bijaksana dengan
menuntun akal pikiran untuk mendapatkan menerima tauhid yang diajarkan dan
sekaligus memberi contoh bagaimana pelaksanaan ajaran tersebut dan mempraktekan
pelaksanaan sesuai dengan apa yang dicontohkan.
Mahmud
Yunus, dalam
bukunya Sejarah Pendidikan Islam menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam
pada masa ini meliputi:
·
Pendidikan keagamaan. Yaitu hendaklah dengan membaca nama
Allah semata-mata, jangan mempersekutukannya dengan nama berhala, karena Tuhan itu Maha Besar dan Maha
Pemurah, sebab itu hendaklah dienyahkan berhala itu sejauh-jauhnya.
·
Pendidikan akhliyah dan ilmiyah. Yaitu mempelajari kejadian
manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta
·
Pendidikan akhlak dan budi pekerti. Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajar sahabatnya
agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
·
Pendidikan jasmani (kesehatan). Yaitu mementingkan kebersihan
pakaian, badan dan tempat kediaman.[7]
Dalam
pelaksanaan pendidikan islam ini. Nabi mengajak umatnya untuk membaca,
memperhatikan dan memikirkan kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia
sendiri. Nabi memberikan teladan dan contoh dalam pelaksanaan sehari-hari,
kemudian memerintahkan umatnya untuk mengikutinya. Kebiasaan orang-orang arab membaca
syair-syair yang berisi pujian kepada tuhan-tuhan mereka diganti dengan membaca
Al-Qur’an. Kebiasaan memulai pekerjaan dengan menyebut nama berhala di ganti
dengan membaca basmalah. Dengan keadaan seperti ini maka Nabi
pun mengajarkan Al-Qur’an dengan jalan membacakan ayat-ayat yang diterima dari
Allah, lalu Nabi memerintah
sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat tersebut sesuai dengan
yang di bacakan oleh Nabi dan yang mereka hafalkan.
Nabi
Muhammad juga mengajarkan al-qur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok
ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW. Karena Masyarakat arab dikenal
sebagai masyarakat yang ummi sehingga Nabi mengajarkannya. Orang yang pandai menulis diantarnya
: Umar bin khattab, Ali bin abi thalib dari kalangan wanita Hafsah.
Nabi
disuruh membaca oleh Allah sehingga punya sasaran untuk pengajaran Al-quran. Allah menyampaikan Al-quran secara
berangsur-angsur lalu Nabi langsung menyampaikannya, sahabat disuruh membaca dan menulis
ayat-ayat yang sudah dihapal. Kemudian mengatur dan menetapkan urutan
ayat-ayatnya dan memberi
nama surat.
2.
Pengajaran Al-Quran Dimakkah
Intisari
ajaran islam adalah apa yang termaktub dalam Al-Quran. Sedangkan Hadis ataupun sunnah Rasulullah yang
merupakan penjelasan dari apa-apa yang dimaksudkan oleh Al-quran.
Nabi
Muhammad telah dengan sempurna menyampaikan al-Quran kepada para sahabat, dan
telah dengan sempurna pula memberikan penjelasan-penjelasan menurut
keperluannya pada masa itu. Demikian pula beliau telah memberikan contoh yang
sempurna bagaimana melaksanakan dan mempraktekkan ajaran-ajaran Al-quran
tersebut dalam kehidupan sehari-hari,
sesuai dengan situasi dan kondisi pada masa itu.[8]
b. Pendidikan
Islam pada Masa Rasulullah di Madinah.
Hijrah
dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri
dari tekanan dan ancaman kaum Quraisy dan penduduk Makkah yang tidak
menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga
mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi
tantangan-tantangan lebih lanjut, sehingga akhirnya nanti terbentuk masyarakat
baru yang di dalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan
disempurnakan oleh Muhammad SAW melalui wahyu Allah.
Di
dalam periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan islam adalah
pendidikan tauhid, maka pada periode madinah ini ciri pokok pembinaan
pendidikan islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi
sebenarnya antara dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan
satu dengan yang lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya
adalah menanamkan nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar
dari jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di
Madinah pada hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di
Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai
oleh ajaran tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan
cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan
agama islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a.
Pembentukan dan pembinaan masyarakat
baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Masalah pertama yang di hadapi Nabi Muhammad SAW dan kaum
Muhajirin adalah tempat tinggal. Untuk sementara para kaum Muhajirin bisa
menginap dirumah-rumah kaum Anshor. Tetapi beliau sendiri memerlukan suatu
tempat khusus ditengah-tengah ummatnya sebagai pusat kegiatan, sekaligus
sebagai lambang persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok masyarakat yang
mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda. Oleh karena itu Nabi memerintahkan
untuk membangun masjid. Masjid itu telah menjadi pusat pendidikan dan
pengajaran. Dibawah ini adalah masjid yang berada di
Madinah,“Masjid Quba “Masjid Nabawi”
Nabi
Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu
padu secara intern (ke dalam), dan keluar diakui dan disegani oleh masyarakat
lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
1.
Nabi Muhammad SAW mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan
pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara
mereka. Nabi
mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesame muhajirin, kemudian
diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah
kokohlah persatuan kaum muslimin.[9]
2.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad
menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan
dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3.
Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong, turunlah
syari’at zakat dan puasa yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam
tanggung jawab sosial.
4.
Disyaria’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu
shalat jum’at yang dilaksanakan secara berjama’ah. Rasa memiliki
kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SAW
mendapat perkenan dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari baitul
Maqdis ke Baitul Haram di Makkah.
Tugas
selanjutnya yang dihadapi Nabi adalah membina dan mengembangkan persatuan dan
kesatuan masyaraka islam yang baru tumbuh tersebut, sehingga mewujudkan satu
kesatuan social dan kesatuan politik.
Setelah
selesai Nabi Muhammad SAW mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi
bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk
Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan
kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada serangan
musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum
Muslimin, disamping itu kaum Yahudi bebas memeluk agamanya dan bebas beribadah
menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.[10]
b.
Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Pelaksanaan
pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan secara ringkas dapat di kemukakan
sebagai berikut :
1.
Pendidikan ukhuwah (persaudaraan)
2.
Pendidikan kesejahteraan sosial
3.
Pendidikan kesejahteraan keluarga dan kerabat
4.
Pendidikan hankam
c.
Pendidikan anak dalam islam
Dalam
islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi
Muhammad SAW dan generasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi
menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya
banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu.
Adapun
garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman
ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
1)
Pendidikan Tauhid
2)
Pendidikan Shalat
3)
Pendidikan adab sopan santun dalam bermusyawarah
4)
Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
5)
Pendidikan kepribadian.[11]
6) Pendidikan kesehatan
7) Pendidikan Akhlah.[12]
d.
Pendidikan
Hankam (pertahanan dan keamanan) Dakwah Islam
Masyarakat kaum muslimin merupakan satu state
(negara) di bawah bimbingan nabi Muhammad saw yang mempunyai kedaulatan.
Ini merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada
seluruh umat manusia secara bertahap. Oleh karena itu setelah masyarakat kaum
muslimin di Madinah berdiri dan berdaulat, usaha nabi Muhammad
Saw berikutnya adalah memperluas pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan
mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah.
Ajakan tersebut disampaikan dengan baik-baik dan bijaksana.
Pertama-tama diajaknya untuk masuk islam dengan
penjelasan-penjelasan yang meyakinkan tentang kebaikan ajaran islam dan
kebenarannya, serta menunjukkan ketidakbenaran mereka. Kalau mereka tidak mau
maka mereka tidak dipaksa karena islam tidak akan memaksakan agama kepada
mereka.
Kepada mereka yang tidak mau masuk islam beliau berusaha
untuk mengikat perjanjian damai. Untuk mereka yang tidak mau mengikat perjanjian damai ada dua kemungkinan
tindakan nabi Muhammad Saw yaitu :
a) kalau mererka
tidak menyatakan permusuhan atau tidak menyerang kaum muslimin atau kaum
kabilah yang telah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, maka mereka
dibiarkan saja;
b) tetapi kalau
mereka menyatakan permusuhan dan menyerang kaum muslimin atau menyerang mereka
yang telah mengikat perjanjian damai dengan kaum muslimin, maka harus
ditundukan/diperangi, sehingga merka menyatakan tunduk dan mengakui kedaulatan
kaum muslimin.
Perbedaan
ciri Pokok pembinaan pendidikan Islam periode kota Makkah dan Madinah
1.
Periode Kota
Makkah :
Pokok
pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik
beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu
muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan
dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari
2.
Periode Kota
Madinah :
Pokok pembinaan pendidikan islam
di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang
merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di
bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan
cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arief,Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga
Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005.
Nata, Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN
Jakarta Press, 2005
Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1992
Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,
2008
Dalimunthe, Fakhrur Rozy, Sejarah Pendidikan Islam, Medan: Rimbow, 1986
Sulis mufy “pendidikan islam pada masa rasulullah dan sahabat” http://mufeecrf.blogspot.com/2009/10/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah.html 1 maret 2014 06:50
[1] Dra. Zuhairini,
dkk, Sejarah
Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi aksara, 1997, hlm. 70
[2] Drs.
Fakhru Rozy Dalimunthe. Sejarah
Pendidikan Islam. Medan: Rimbow, 1986,
hlm 26
[3] (Q.S.
Al-Alaq : 1-5)
[4] (Q.S.
Al-Mudatsir. 1-7)
[5] Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992. Hlm 6
[6] Dra.
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta : Bumi Aksara, cet 9, 2008. Hlm 28
[7] Dra. Zuhairini,
dkk, Sejarah
pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara cet 9. 2008, hlm 27
[8] Dra, Zuhairini,
dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:
Bumi Aksara, 1997, hlm. 76
[9] Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam,Jakarta: PT Raja Grafindo, 1992 Persada, 2008. Hal 26
[10] Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet 9, 2008. Hlm 58
[11] Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet 9. Hlm 58
[12] Prof.
Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992. Hlm 18