Sunday, November 23, 2014

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW



A.    Pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW

            Pada masa pembinaannya yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad SAW, pendidikan Islam berarti memasukkan ajaran Islam ke dalam unsur-unsur budaya bangsa Arab pada masa itu, sehingga diwarnai oleh islam. Dalam pembinaan tersebut, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, yaitu :

1.      Adakalanya islam mendatangkan sesuatu unsur yang sifatnya memperkaya dan melengkapi unsure budaya yang telah ada. Seperti Al-quran. Didatangkan Al-quran oleh Nabi Muhammad SAW untuk dihafalkan dan dipelajari oleh umatnya pada masa itu adalah bersifat memperkaya unsure budaya sastra Arab, yang masa itu diakui  mempunyai tingkatan yang tinggi.
2.      Adakalanya islam mendatangkan sesuatu ajaran yang sifatnya meluruskan kembali nilai-nilai yang ada dalam kenyataan praktisnya sudah menyimpang dari ajaran aslinya, contoh dalam hal ini adalah ajaran Tauhid.
3.      Adakalanya islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentangan sama sekali dengan budaya yang ada sebelumnya. Dalam demikian, Nabi Muhammad SAW sangat berhati-hati dalam mengubahnya agar tidak sampai terjadi gejolak dalam Masyarakat.
4.      Budaya yang telah ada dan tidak bertentangan dengan ajaran islam pada umumnya dibiarkan tetap berlaku dan berkembang dengan mendapatkan pengarahan-pengarahan seperlunya.
5.      Islam mendatangkan ajaran baru yang belum ada sebelumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan perkembangan budayanya.
                                                                                                                                   
            Dengan demikian pendidikan islam, pada masa pertumbuhan dan perkembangannya, juga pada masa-masa berikutnya mempunyai dua sasaran, yaitu generasi muda (sebagai generasi penerus) dan masyarakat bangsa lain yang belum menerima ajaran islam, untuk sasaran kedua, yaitu penyampaian ajaran islam dan usaha internalisasinya dalam masyarakat bangsa yang baru menerimanya yang didalam islam lazimd isebut sebagai dakwah islami. Sedangkan dalam arti yang pertama, yaitu pewarisan ajaran islam kepada generasi penerus disebut sebagai pendidikan islam.[1]
 Tujuan dari pendidikan (dakwah) islam keluar tidak lain adalah untuk menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat bangsa/ suku bangsa agar mereka menerimanya menjadi system hidup. Untuk itu Nabi Muhammad SAW telah mengirimkan utusan-utusan khusus yang sebenarnya adalah pendidik bagi Umat Mu’az bin jabal, misalnya di utusnya sebagai pendidik ke Yaman. Tetapi penguasa diluar Jazirah Arab memberikan reaksi yang keras, ada yang bahkan sampai membubuh utusan Nabi Muhammad SAW dan ada pula yang malah bersiap-siap untuk menyerang madinah.
Untuk menghadapi serangan dari luar tersebut dan sekaligus untuk memberikan pelajaran kepada mereka yang memperlakukan jahat terhadap utusan Nabi Muhammad SAW. Beliau mengirimkan pasukan yang terdiri dari sejumlah kaum muslimin. Peristiwa ini terkenal dalam sejarah Islam dengan perang Mu’tah dibawah pimpinan mula-mula Zaid bin Harisah, kemudian oleh Ja’far bin Abi Thalib, lalu oleh Abdullah bin Rawahah, dan akhirnya oleh Khalid bin Walid. Peristiwa tersebut terjadi didaerah Syam. Usaha itu dilanjutkan sampai berhasil oleh Khalifah Abu Bakar, dan oleh Khalifah-khalifah berikutnya diteruskan kewilayah-wilayah lainya yang lebih luas.
Pemikiran pendidikan pada masa ini terdapat dalam ayat-ayat Al Qur’an dan sunnah rasul yang mengajak manusia kedalam ajaran islam secara utuh dan terpadu meliputi aspek akidah,syari’ah dan ahlak.pembentukan aqidah,syari’ah Dan ahalak itu disajikan oleh rasulullah sebagai maha guru pendidik yang agung secara berangsur-angsurnya al quran diturunkan kepada beliau.pendidikan inipun disajikan dalam dua masa periode yaitu masa periode sebelum hijra yang berpusat di mekkah dan periode sesudah hijrah berpusat di madinah.[2]
Pada periode makkah rasulullah mengutamakan pendidikan aqidah dan ahlak dan sedikit mengenai syari’ah.Tetapi pada masa periode madinah selain pemantapan akidah dan ahlak maka pembinaan syari’ah benar-benar diintensipkan hingga pada suatu masa yaitu di sempurnakannya didikan islam dengan turunnya wahyu terakhir kepada beliau.
Konsep akidah,syari’ah dan ahlak sebagai dasar utama pendidikan pada masa rasul melahirkan nilai-nilai pendidikan yang menghasilkan sikappribadi manusia muslim yang bertanggung jawab kepada allah,bertanggung jawab terhadap masyarakat dan pradabannya,bertanggung jawab kepada negaranya serta bertanggung jawab terhadap lingkungan dan ekologinya.
Pendidikan islam pada masa Rasulullah SAW dapat dibedakan menjadi 2 periode yaitu :
a.      Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya[3]
Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah[4]
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendiikan islam pertama dalam sejarah pendidikan islam.disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya[5]
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya[6]
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
1.      Pendidikan tauhid, dalam teori dan praktek

Tugas Muhammad yaitu memancarkan kembali sinar tauhid dalam kehidupan bangsa arab. Muhammad memperoleh kesadaran dan penghayatan yang mantap dalam surat Al-fatihah. Pokok-pokonya Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya dan yang patut disembah.
Pelaksananya ternyata bertentangan dengan praktek kehidupan umatnya sehingga wajarlah banyak penentang, pelaksanaan pendidikan dilaksanakan dengan bijaksana dengan menuntun akal pikiran untuk mendapatkan menerima tauhid yang diajarkan dan sekaligus memberi contoh bagaimana pelaksanaan ajaran tersebut dan mempraktekan pelaksanaan sesuai dengan apa yang dicontohkan.

 Mahmud Yunus, dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa ini meliputi:
·         Pendidikan keagamaan. Yaitu hendaklah dengan membaca nama Allah semata-mata, jangan mempersekutukannya dengan nama berhala, karena Tuhan itu Maha Besar dan Maha Pemurah, sebab itu hendaklah dienyahkan berhala itu sejauh-jauhnya.
·         Pendidikan akhliyah dan ilmiyah. Yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta
·         Pendidikan akhlak dan budi pekertiYaitu Nabi Muhammad SAW mengajar sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
·         Pendidikan jasmani (kesehatan). Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[7]
Dalam pelaksanaan pendidikan islam ini. Nabi mengajak umatnya untuk membaca, memperhatikan dan memikirkan kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia sendiri. Nabi memberikan teladan dan contoh dalam pelaksanaan sehari-hari, kemudian memerintahkan umatnya untuk mengikutinya. Kebiasaan orang-orang arab membaca syair-syair yang berisi pujian kepada tuhan-tuhan mereka diganti dengan membaca Al-Qur’an. Kebiasaan memulai pekerjaan dengan menyebut nama berhala di ganti dengan membaca basmalah. Dengan keadaan seperti ini maka Nabi pun mengajarkan Al-Qur’an dengan jalan membacakan ayat-ayat yang diterima dari Allah, lalu Nabi  memerintah sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat tersebut sesuai dengan yang di bacakan oleh Nabi dan yang mereka hafalkan.
Nabi Muhammad juga mengajarkan al-qur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW. Karena Masyarakat arab dikenal sebagai masyarakat yang ummi sehingga Nabi mengajarkannya. Orang yang pandai menulis diantarnya : Umar bin khattab, Ali bin abi thalib dari kalangan wanita Hafsah.
Nabi disuruh membaca oleh Allah sehingga punya sasaran untuk pengajaran Al-quran. Allah menyampaikan Al-quran secara berangsur-angsur lalu Nabi langsung menyampaikannya, sahabat disuruh membaca dan menulis ayat-ayat yang sudah dihapal. Kemudian mengatur dan menetapkan urutan ayat-ayatnya dan memberi nama surat.

2.      Pengajaran Al-Quran Dimakkah
Intisari ajaran islam adalah apa yang termaktub dalam Al-Quran. Sedangkan  Hadis ataupun sunnah Rasulullah yang merupakan penjelasan dari apa-apa yang dimaksudkan oleh Al-quran.
Nabi Muhammad telah dengan sempurna menyampaikan al-Quran kepada para sahabat, dan telah dengan sempurna pula memberikan penjelasan-penjelasan menurut keperluannya pada masa itu. Demikian pula beliau telah memberikan contoh yang sempurna bagaimana melaksanakan dan mempraktekkan ajaran-ajaran Al-quran tersebut dalam  kehidupan sehari-hari, sesuai dengan situasi dan kondisi pada masa itu.[8]

b.      Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah di Madinah.
Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman kaum Quraisy dan penduduk Makkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan-tantangan lebih lanjut, sehingga akhirnya nanti terbentuk masyarakat baru yang di dalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Muhammad SAW melalui wahyu Allah.
Di dalam  periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan islam adalah pendidikan tauhid, maka pada periode madinah ini ciri pokok pembinaan pendidikan islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi sebenarnya antara dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan satu dengan yang lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di Madinah pada hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a.                   Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Masalah pertama yang di hadapi Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin adalah tempat tinggal. Untuk sementara para kaum Muhajirin bisa menginap dirumah-rumah kaum Anshor. Tetapi beliau sendiri memerlukan suatu tempat khusus ditengah-tengah ummatnya sebagai pusat kegiatan, sekaligus sebagai lambang persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda. Oleh karena itu Nabi memerintahkan untuk membangun masjid. Masjid itu telah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran. Dibawah ini adalah  masjid yang berada di Madinah,“Masjid Quba  “Masjid Nabawi”
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan keluar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
1.      Nabi Muhammad SAW mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara mereka. Nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesame muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.[9]
2.      Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3.      Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong, turunlah syari’at zakat dan puasa yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial.
4.      Disyaria’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jum’at yang dilaksanakan secara berjama’ah. Rasa memiliki kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SAW mendapat perkenan dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari baitul Maqdis ke Baitul Haram di Makkah.

Tugas selanjutnya yang dihadapi Nabi adalah membina dan mengembangkan persatuan dan kesatuan masyaraka islam yang baru tumbuh tersebut, sehingga mewujudkan satu kesatuan social dan kesatuan politik.

Setelah selesai Nabi Muhammad SAW mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi bebas memeluk agamanya dan bebas beribadah menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.[10]
b.                  Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Pelaksanaan pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan secara ringkas dapat di kemukakan sebagai berikut :
1.      Pendidikan ukhuwah (persaudaraan)
2.      Pendidikan kesejahteraan sosial
3.      Pendidikan kesejahteraan keluarga dan kerabat
4.      Pendidikan hankam

c.                   Pendidikan anak dalam islam

Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW dan generasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu.
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:

1)      Pendidikan Tauhid
2)      Pendidikan Shalat
3)      Pendidikan adab sopan santun dalam bermusyawarah
4)      Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
5)      Pendidikan kepribadian.[11]
6)      Pendidikan kesehatan
7)      Pendidikan Akhlah.[12]

d.                  Pendidikan Hankam (pertahanan dan keamanan) Dakwah Islam

Masyarakat kaum muslimin merupakan satu state (negara)  di bawah bimbingan nabi Muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia secara bertahap. Oleh karena itu setelah masyarakat kaum muslimin di Madinah berdiri dan berdaulat, usaha nabi Muhammad Saw berikutnya adalah memperluas pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah. Ajakan tersebut disampaikan dengan baik-baik dan bijaksana.

Pertama-tama diajaknya untuk masuk islam dengan penjelasan-penjelasan yang meyakinkan tentang kebaikan ajaran islam dan kebenarannya, serta menunjukkan ketidakbenaran mereka. Kalau mereka tidak mau maka mereka tidak dipaksa karena islam tidak akan memaksakan agama kepada mereka.

Kepada mereka yang tidak mau masuk islam beliau berusaha untuk mengikat perjanjian damai. Untuk mereka yang tidak mau mengikat perjanjian damai ada dua kemungkinan tindakan nabi Muhammad Saw yaitu :

a)      kalau mererka tidak menyatakan permusuhan atau tidak menyerang kaum muslimin atau kaum kabilah yang telah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, maka mereka dibiarkan saja;

b)      tetapi kalau mereka menyatakan permusuhan dan menyerang kaum muslimin atau menyerang mereka yang telah mengikat perjanjian damai dengan kaum muslimin, maka harus ditundukan/diperangi, sehingga merka menyatakan tunduk dan mengakui kedaulatan kaum muslimin.
Perbedaan ciri Pokok pembinaan pendidikan Islam periode kota Makkah dan Madinah

1.      Periode Kota Makkah :
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari
2.      Periode Kota Madinah :
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Arief,Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005.
Nata, Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005
Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992
Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9, 2008
Dalimunthe, Fakhrur Rozy, Sejarah Pendidikan Islam, Medan: Rimbow, 1986
Sulis mufy “pendidikan islam pada masa rasulullah dan sahabat” http://mufeecrf.blogspot.com/2009/10/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah.html 1 maret 2014 06:50





[1] Dra. Zuhairini, dkk,  Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi aksara, 1997,  hlm.  70
[2] Drs. Fakhru Rozy Dalimunthe. Sejarah Pendidikan Islam. Medan: Rimbow, 1986,  hlm 26
[3] (Q.S. Al-Alaq : 1-5)
[4] (Q.S. Al-Mudatsir. 1-7)
[5] Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992. Hlm 6
[6] Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, cet 9, 2008. Hlm 28
[7] Dra. Zuhairini, dkk,  Sejarah pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara cet 9. 2008, hlm 27
[8] Dra, Zuhairini, dkk,   Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, hlm. 76
[9] Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta: PT Raja Grafindo, 1992 Persada, 2008. Hal 26
[10] Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet 9, 2008. Hlm 58
[11] Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet 9. Hlm 58
[12] Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992. Hlm 18

No comments:

Post a Comment